Merokok: gaya hidup atau teman yang mengancam?

<b>Merokok: gaya hidup atau teman yang mengancam?</b>

Merokok telah menjadi kebiasaan sejak dulu kala dan merupakan gaya hidup yang dianggap ”sangat sulit untuk menghentikannya”. Banyak orang menganggap bahwa merokok dapat menemani hidupnya ketika sedang merasa jenuh, jengkel, kesepian atau apapun saat frustasi atau stress yang menghantui pikiran mereka. Beberapa orang yang lain berpendapat bahwa merokok sebagai simbol kejantanan. Sementara, sebagian lagi mempunyai alasan untuk solidaritas dari temannya yang merokok. Lebih ekstrim lagi, orang berkomentar ”tidak usah pedulikan saya merokok, toh,..yang merokok akan mati dan yang tidak merokok juga akan mati”. Tentu masih banyak lagi alasan-alasan dan komentar lain mengapa orang merokok. Sadarkah anda bahwa merokok merupakan faktor risiko penyakit kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah)?

Merokok merupakan salah satu faktor risiko penyakit kardiovaskuler yang sebetulnya dapat dicegah. Kebiasaan merokok ini telah menyebabkan kematian terhadap penyakit jantung koroner dari pada kanker paru maupun penyakit paru obstruktif kronik (Glantz & Parmleyn, 1991). Risiko penyakit jantung koroner meningkat dengan jumlah rokok yang dihisap, lamanya durasi merokok dan usia dini memulai merokok (Jensen, 1991).

Menurut Dawber (1980), risiko peyakit jantung koroner pada perokok laki-laki dua kali (umur 60 tahun atau lebih) sampai 3 kali (umur 30 sampai 59 tahun) dari pada orang-orang yang tidak merokok. Sementara itu, wanita perokok mempunyai 4 kali berisiko terhadap serangan miokardial infark (kematian otot jantung) pertama dibandingkan dengan wanita yang tidak pernah merokok (Rosenberg, Palmer & Shapiro, 1990). Merokok rendah tar (kurang dari 17,6 mg), rendah nicotine (kurang dari 1,2 mg), atau rokok filter tidak menurunkan risiko miokardial infark dibandingkan dengan rokok yang tinggi tar, tinggi nicotine atau rokok yang tidak berfilter (Kannell, 1984). Jadi apapun jenis rokoknya dan berapapun kadar tar maupun nikotinnya, rokok merupakan tetap menjadi faktor risiko terhadap penyakit kardiovaskuler.

Haruskah sekarang kita hentikan merokok? Masihkah kita memilih dan menjadikannya teman hidup kita, meskipun ia adalah ancaman? Anda yang memilih dan anda yang memutuskan.

Referensi

  1. Dawber, T. R. (1980). The Framingham Study: The epidemiology of atherosclerotic disease. Cambridge, MA: Harvard University Press
  2. Glantz, S. A., & Parmleyn, W. W. (1991). Passive smoking and heart disease: Epidemiology, physiology and biochemistry. Circulation, 83, 1–12
  3. Jensen, G., Nyboe, J., Appleyard, M., et al. (1991). Risk faktors for acute myocardial infarction in Copenhagen: II. Smoking, alcohol intake, physical activity, obesity, oral contraception, diabetes, lipids, and blood pressure. European Heart Journal, 12, 298–308
  4. Kannel, W. B. (1987). New perspectives of cardiovascular risk faktors. American Heart Journal, 114, 213–219
  5. Rosenberg, L., Palmer, J. R., & Shapiro, S. (1990). Decline in the risk of myocardial infarction among women who stop smoking. New England Journal of Medicine, 322, 213–217